Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2013

PEMBAHASAN BAHASA DAN MASYARAKAT

2.1  Bahasa dan Tutur Ferdinand de Saussure (1916) membedakan antara yang disebut langage, langue , dan parole . Ketiga istilah yang berasal dari bahasa Perancis itu, dalam bahasa Indonesia, lazim dipadankan dengan satu istilah yaitu bahasa. Dalam bahasa Perancis istilah langage digunakan untuk menyebut bahasa sebagai sistem lambang bunyi yang digunakan untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara verbal diantara semuanya. Kata langage, tidak mengacu pada salah satu bahasa tertentu, melainkan mengacu pada bahasa umumnya sebagai alat komunikasi manusia. Istilah kedua yakni  langue  dimaksudkan sebagai sistem lambang bunyi yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat tertentu untuk berkomunikasi atau berinteraksi sesamanya. Jadi, langue mengacu pada sebuah sistem lambang bunyi tertentu yang digunakan oleh sekelompok masyarakat tertentu. Istilah yang ketiga yakni parole bersifat kongkret, karena parole itu merupakan pelaksanaan dari langue dalam bentuk ujaran atau

Cerpen Pemandangan Perut dalam Teori Konvensi

A.     Konvensi Bahasa Pembaca k arya sastra dalam memproduksi makna juga tunduk kepada sistem bahasa yang di gunakan pertama kali,pembaca atau kritikus dalam memproduksi makna kata-kata, frase, atau kalimat dalam  sastra itu harus memperhatikan sistem bahasa yang  di­pergunakan itu. Di dalam sebuah karya sastra konvensi bahasa yang telah disetujui oleh para pengarang menjadi sistem bahasa yang harus dipatuhi.  Setiap karya sastra selalu ada kalimat-kalimat yang estetis, dalam cerpen Pemandangan Perut pengarang juga menggunakan bahasa yang berbeda dari bahasa pada umumnya yaitu bersifat estetis, puitis, menyentuh rasa dengan keindahannya. Contoh : dal am cahaya temaram Aku tambah merinding. Tenggorokanku tiba tiba sulit dibawa bicara. menusuk gendang telinga lalu menjadi kembang api yang meletus dalam tempurung kepala dan contoh lainnya ada burung burung sedang menyusun sarang, ada setetes embun yang bergantung dan berpendar di ujung daun, atau setandan pisang emas yang sudah ran

Evaluasi atas Kebebasan Pers di Indonesia

             Kebebasan pers rawan terhadap berbagai gangguan. Gangguan tersebut ada dua macam, yaitu:  Pertama , pengendalian kebebasan pers. Artinya, masih ada pihak-pihak yang tidak suka dengan kebebasan pers. Mereka berusaha untuk membatasi atau bahkan meniadakan kebebasan pers.              Kedua , penyalahgunaan kebebasan pers. Artinya, insan pers memanfaatkan kebebasan yang dimilikinya untuk melakukan kegiatan jurnalistik yang bertentangan dengan fungsi dan peranan yang diembannya. 1. Pengendalian Kebebasan Pers        Ada  empat faktor yang menyebabkan terjadinya pengendalian kebebasan pers, yaitu melalui : a.        Distorsi Peraturan Perundang-undangan                   Menurut peraturan perundang-undangan yang ada, pasal 28 UUD 1945 dan             UU No. 11 tahun 1966 tentang pers sebenarnya telah menjamin kebebasan pers.             Pasal 4 dan 8 UU tersebut memberikan jaminan tidak ada sensor, tidak ada bredel             dan set

Dewan Pers dan Kode Etik Jurnalistik

           Munculnya UU Pers No 40 tahun 1999, kode etik jurnalistik adalah kode etik yang disepakati oleh organisasi wartawan dan ditetapkan oleh dewan Pers (Pasal 7 ayat 2). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memaknai kode etik jurnalistik adalah aturan tata susila kewartawanan ; norma tertulis yang mengatur sikap, tingkah laku, dan tata karma penerbitan.             Untuk mengembangkan kebebasan pers dan meningkatkan kehidupan pers dibentuk Dewan Pers. Dewan Pers adalah sebuah dewan yang bersifat independen, yang terdiri dari wartawan yang dipilih oleh organisasi wartawan, pimpinan perusahaan pers yang dipilih oleh organisasi perusahaan pers, tokoh masyarakat yang ahli dibidang pers atau komunikasi, dan bidang lainnya yang dipilih oleh organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers.             Fungsi-fungsi yang dilaksanakan Dewan Pers menurut Pasal 15 ayat 2 UU Pers antara lain : Melakukan pengkajian untuk pengembangan pers. Menetapkan dan mengawasi pelaks

UNSUR-UNSUR INTRINSIK THE LION KING

1. Tema           : Pertikaian para singa dalam memperebutkan kekuasaan dan tahta      raja di hutan. 2. Alur             : maju.     Alasannya   : karena dalam dongeng The Lion King, rangkaian peristiwa  tersusun secara kronologis yaitu berdasarkan urutan waktu terjadinya peristiwa. Hal tersebut dapat dibuktikan pada isi dongeng yaitu dari lahirnya Simba hingga ia tumbuh menjadi dewasa.     Tahap Alur : permulaan, perumitan, klimaks atau puncak, akhir. 3. Tokoh dan Penokohan     Tokoh : a.        Mufasa : sentral protagonis                  e. Heyna          : tokoh andalan b.       Simba    : sentral protagonis                  f.  Nala            : tokoh andalan c.        Scar       : sentral protagonis                  g. Sarabi          : tokoh tambahan d.       Timon dan Pumbaa : tokoh andalan Penokohan : a.     Mufasa   : bijaksana, baik hati, dan  penyayang. b.     Simba     : pemberani, tangguh, tidak mudah menyerah dan putus asa, serta

THE LION KING

Di hutan yang terkenal dengan nama ‘’Pride Lands of Africa ’’, hiduplah beragam hewan di dalam hutan tersebut. Singa merupakan raja dari seluruh hewan di tempat itu . Singa tersebut bernama Mufasa. Ia memimpin dan memerintah dengan penuh kebijaksanaan. King Mufasa memiliki istri yang bernama Sarabi. Sarabi merupakan pemimpin dari singa betina. Lahirlah putranya yang bernama Simba. Simbalah yang kelak akan menjadi penerus dan mewarisi tahtanya sebagai raja. Hari-hari Mufasa begitu indah bersama putranya. Ketika pagi waktu matahari terbit, Mufasa mengajari Simba berbagai hal untuk menjadi seorang raja. “ Aku ingin memimpin dan menguasai hutan sama seperti Ayah ’’ ujar Simba. “ Tidak semudah itu Simba dalam memimpin, kamu harus banyak belajar ” jawab Mufasa. “ Tetapi aku sudah banyak belajar dari Ayah, nanti aku akan menjelajah sampai ke kawasan terlarang ” kata Simba. “ Kau tidak boleh pergi ke sana , kawasan terlarang berbahaya untuk seusiamu! ” sanggah Mufasa. Namu

Dengarkan Suara Kami

 karya Trie Utami Letih menyergap jiwaku Menapaki bumi yang kering keronta Langit bersorak murka Sesak dadaku dibuatnya Telapak-telapak kecil beradu nasib di aspal kota, berwajah coreng-moreng Mengalun melodi indah menyergap telinga Memunguti koin jatuh terhempas Sungguh menyayat hati, miris …. Kaki melangkah entah kemana terasa dingin membekukan nadi Tetesan embun hadir dipelupuk mata Kadang hidup kontras tertanam Bagaimana dengan mereka ? Perlente mengumbar janji Dimana jas kokoh itu ! Apakah bersembunyi di bawah atap ? Dimana dasi rapi itu ! Apakah tertelan bumi ? Ucapan manis tersapu debu Takkan pernah kembali Kami tidak membalikkan telapak tangan Hanya ingin menggenggam ! Menggengam janji mereka untuk kami

KABUT

Desingan senjata merebak Aku meringkuk tak berdaya Menembus jalan pematang Cahaya bulan menjadi saksi laknatnya malam Merah berdecak Lengah aku Takdir telah merenggut Dia Dia yang terkasih Hijaunya rumput menjelma gulma berduri tertancap di relung hati Kekokohanku di rampas paksa Kabut mengepul di pelupuk mata Berjelanak tak terkira sesukanya Aku terpenjara dalam kabut Hilang akal … Sentuhan-sentuhan tak satu jua terserap Aku dan duniaku Kabut itu telah menelanku

Coretan 1

Hai semua :) Ini blog pertama yang aku buat .. senang sekali rasanya sudah bisa membuat blog . Blog ini gratis untuk teman-teman.  Saya berharap semoga blog ini dapat bermanfaat untuk kita semua :)